Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata Indonesia (STIEPARI) Semarang kembali menunjukkan komitmennya dalam memajukan pembangunan berkelanjutan melalui Program Mahasiswa Berdampak BEM 2025. Tahun ini, program tersebut berfokus pada pengembangan kapasitas masyarakat pesisir di Dukuh Pandansari, Desa Kaliwlingi, Brebes, sebuah kawasan yang dikenal memiliki tingkat kerentanan tinggi terhadap abrasi, rob, dan dampak perubahan iklim.Mengusung tema “Bangun Desa Lewat Mangrove: Strategi BEM Mahasiswa dalam Menyusun Modul Mitigasi Bencana dan Ekonomi Hijau Pesisir Melalui Proyek MBKM di Pandansari Brebes”, kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat kemampuan masyarakat dalam memahami risiko bencana sekaligus mengoptimalkan potensi ekonomi hijau melalui pemanfaatan ekosistem mangrove.
Program ini memadukan pendekatan ilmiah, teknologi, serta metode partisipatif untuk menghasilkan modul mitigasi bencana yang aplikatif dan mudah dipahami oleh masyarakat pesisir. Modul tersebut disusun berdasarkan kebutuhan lapangan serta kondisi geografis wilayah yang rentan, sehingga diharapkan mampu menjadi acuan edukasi bagi masyarakat, pemerintah desa, hingga kelompok penggerak lingkungan.
Selain mitigasi bencana, kegiatan ini turut menyiapkan modul penguatan ekonomi hijau, terutama yang berbasis pengelolaan mangrove. Mahasiswa bersama akademisi berkolaborasi dengan masyarakat setempat dalam menggali potensi usaha seperti ekowisata, olahan mangrove, dan produk kreatif lainnya yang dapat meningkatkan kesejahteraan warga tanpa merusak lingkungan.
Ketua Pelaksana, Nina Mistriani, S.E., M.MPar, menyampaikan bahwa program ini bukan hanya tentang transfer pengetahuan, namun juga membangun kesadaran bersama mengenai pentingnya menjaga ekosistem pesisir. “Melalui pendampingan intensif dan penyusunan modul yang relevan, kami berharap masyarakat Pandansari semakin tangguh menghadapi ancaman bencana sekaligus mampu memanfaatkan potensi mangrove sebagai sumber ekonomi berkelanjutan,” ujarnya.
Program ini juga melibatkan tim pelaksana lainnya, yakni Bayu Ade Prabowo, S.S., M.S, Dr. Dyah Palupiningsih, S.E., M.Si, serta perwakilan BEM STIEPARI, yang bersama-sama terjun langsung ke lapangan dalam kegiatan survei, diskusi kelompok terarah, penyuluhan, dan penyusunan modul.
Dengan adanya kolaborasi antara perguruan tinggi, pemerintah desa, komunitas penggerak mangrove, dan masyarakat, STIEPARI Semarang berharap kegiatan ini dapat menjadi langkah strategis dalam menciptakan kawasan pesisir yang lebih berdaya, adaptif, dan berkelanjutan. Selain itu, program ini diharapkan mampu menjadi model penerapan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang berdampak nyata bagi masyarakat luas.




